LANJUT
KULIAH ATAU KERJA DULU…??
02
September 2013, tanggal bersejarah dalam hidup saya hari dimana saya dikukuhkan
resmi menyadang gelar Amd di belakang nama saya, Dista Iriani Amd itulah gelar
yang selama ini dinanti-natikan hasil jerih payah 3 tahun terakhir. Lulus dengan
predikat sangat memuaskan adalah jawaban atas segala perjuang selama 3 tahun.
Setelah yudisium dan 1 bulan menjelang wisuda otak mulai
muter-muter langkah apa yang akan dilakukan selanjutnya..?? kuliah atau
kerja..?? liat teman-teman dan kakak kelas yang udah pada kerja udah bisa
menghasilkan uang sendiri pengen banget kerja seperti mereka. Tapi saat
konsultasi dengan sebagian keluarga semua menginginkan saya melanjutkan kuliah.
Kata-kata dari keluarga yang paling mengena di hati adalah “masa puas dengan
gelar D3..?? minimal harus S1 donk mama kamu aja yang kuliah tahun 80an bisa
dapet gelar Sarjana masa kamu kuliah di zaman canggih kaya sekarang sudah puas
dengan gelar Diploma 3..??”. selalu kata-kata itu mengiang ditelinga setiap
hari menjelang hari-hari wisuda tanggal 1 Oktober 2013.
Saat orang tua menyerahkan segala keputusan ke tangan
saya semakin bingung semakin ga tau mau melakukan apa. Disituasi seperti ini
kadang egois mulai keluar, liat teman-teman pada kerja liat teman-teman udah
pada kibas-kibas gaji pertama ga salah donk pengen kaya mereka, ga salah donk
ingin bisa memberi orang tua hasil jerih payah sendiri. Akhirnya coba melamar
di beberapa perusahaan baik itu perusahaan skala kecil, skala nasional ataupun
multy nasional. Tapi tetap hati kecil dan telinga masih menyimpan kata-kata
keluarga seolah membandingkan saya dengan mama.
Lamaran kerja yang saya coba kirim sebagian besar
mendapatkan respon positif dari perusahaan-perusahaan tersebut, ikut tes dan
seleksi bahkan ada perusahaan yang sudah menerima saya sebagai karyawan di
perusahaan itu. Tapi saat dihubungin untuk datang dan menandatangain kontrak
kerja selalu ada saja alasan saya untuk menolak. Saat memulai untuk melangkah
di dunia kerja seakan-akan suasana kampus kembali memanggil saya untuk kembali bergabung.
Mama dan papa yang tidak pernah menuntut banyak dan akan selalu menerima
keputasan saya adalah salah satu alasan saya menikamati dunia dengan status “penganggurang”
selama lebih kurang 5 bulan. Pilihan antara kerja dan kuliah masih saja belum
mendapatkan kesimpulan.
Hingga suatu hari ya sebut saja seseorang yang sangat
dekat dengan saya seseorang yang selalu menemani hari-hari saya mengarahkan
saya untuk mengambil keputusan yang tidak salah langkah. Dia tidak menginkan
saya berlama-lama “galau” menikmati dunia dengan status yang tidak jelas,
kata-kata dari dia yang paling membuat otak bisa bersikap normal kembali adalah
“mau sampai kapan kaya gini, mau sampai kapan santai-santai dengan status ga
jelas seperti ini. Kamu punya potensi, kamu bisa jadi sesuatu melebihi
kemampuan kamu jika kamu benar-benar serius menghadapinya. Kamu masih semangat
belajar kenapa semangat itu nggak di manfaatkan selagi bisa dimanfaatkan. Mama dan
papa masih mau membiayai kamu kuliah kenapa ga kamu manfaatkan hal itu..?”.
yaaps mendengar kata-kata itu akhirnya saya coba mengajak otak untuk berdamai
dengan keadaan, mengajak otak untuk berfikir jauh kedepan. Dengan segala
pertimbangan dan arahan dari kedua orang tua akhirnya saya menemukan jawaban
bahwa saya harus melanjutkan study saya di jenjang S1. Dan benar saja setelah hampir
1 tahun resmi menjadi mahasiswi lagi saya lebih enjoy menjalaninya walaupun
setiap hari dibebani oleh segudang tugas.
Kata-kata bijak yang mengatakan “suatu pekerjaan yang
dilakukan dari hati walaupun seberat apapun tetap akan terasa ringan” memang
benar adanya. Menjadi mahasiswi dan bergabung dengan dunia kampus lagi adalah
kata hati yang selama ditutupi oleh ke egoisan saya. Yaaa… walaupun sedikit
terlambat bergabung lagi dengan dunia kampus tapi tidak begitu masalah karena
ga ada kata terlambat untuk belajar dan menuntut ilmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar